Halo, teman-teman! Yang belum mengenalku. Yuk, mari
perkenalan denganku. Namaku Nadia Komenisie Saktia Mahardhika,
akrab disapa Nadia. Terlalu panjang ya.. Nama Nadia diambil sewaktu mama saya
mengandung saya menonton acara TV olimpiade olahraga sang juara senam indah
dari Rumania yang bernama Nadia Elenna Comanneci (Pesenam legenda dari
Rumania). Singkatnya mama saya ingin memutuskan nama Nadia juga pada anaknya
nanti. Saya dilahirkan pada tanggal 06 Februari 1999 di Yogyakarta. Saya
anak kedua dari tiga bersaudara. Saya mempunyai kakak perempuan yang bernama
Mbak Nia, nama lengkap kakak saya Sonia Yuke Mahardhika dan adik laki-laki yang
bernama Dek Lingga, nama lengkap Lingga Sanjaya Putra Mahardhika. Mbak Nia
adalah tertuaku. Dia lebih tua 8 tahun dari aku. Dia
sekarang kuliah S2 di China, karena dapat beasiswa. Dari S1 dia
kuliah di UGM (Universitas Gadjah Mada). Dia kuliah di China selama 4 tahun. Dia sering
dibilang “Si Tomboy”. Dia memang tomboy, karena sejak masih duduk di bangku SMA
dia sering potong rambut seperti cowok dan sering memakai baju seperti cowok,
tapi kalau yang sedang
di sekolah dia memakai jilbab. Sampai
kuliah S1 masih bergaya tomboy. Dan setelah lulus S1, dia sadar
dirinya sendiri dan ingin mencoba belajar menjadi orang yang feminim karena
dinasehati mama. Sedangkan Dek Lingga, adikku laki-laki
adalah lebih muda 1 tahun dari aku. Dia orang yang paling pintar matematika. Biasanya
hari libur atau hari minggu dia selalu rajin belajar matematika di rumah. Karena
dia memang sangat suka mata pelajaran matematika sejak masih duduk di bangku
SMP. Sekarang dia bersekolah di SMA N 7 Yogyakarta, dia baru
kelas 1 SMA. Ia anak jurusan MIPA (Matematika & IPA). Sekolah di
SMA N 7 itu dulu kakakku pernah sekolah di situ dan jurusan juga sama. Kami
dilahirkan dari sepasang orangtua yang paling hebat. Ayahku
bernama Drs. Hardhi Triyono dan mama Titin Waluyojati.SPd. Pekerjaan
Ayahku sebagai Kabag Pemerintahan di Kulon Progo dan mamaku sebagai Guru TK
sekaligus Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak di Yogyakarta. Tetapi
dulu ayahku pernah bekerja sebagai dosen Pariwisata di
Jogyakarta. Namun, sekarang ayahku bekerja sebagai Kabag Pemerintahan
karena mandat dari kakek sebelum meninggal ayahku harus jadi Pamong Desa.
Nah, kalian belum tahu kan? Saya memiliki keterbatasan pendengaran atau disebut dengan Tunarungu atau
tidak dapat mendengar. Aku menderita tuna rungu sejak lahir. Alhamdulillah,
ya Tuhan kau masih beri aku fisik yang normal dan wajah yang sempurna. Tetapi
aku menderita tuna rungu sejak lahir karena mamaku kena musibah aku masih di
dalam kandungan ketika itu usia baru 5 bulan lebih. Dalam keadaan tidur lelap
pada malam hari/tengah malam jam 02.30 tiba-tiba seekor ular berbisa telah
mematuk lengan mamaku. Entah dari mana itu datangnya dan kapan datangnya ular
itu yang jelas pada malam itu telah ada di sekitar tempat tidur yang dipakai
mamaku. Kemudian mama terbangun dari tidur karena merasakan
sengatan yang luar biasa panasnya. Mama terbangun dan melihat seekor ular sudah
turun dari tempat tidur. Singkat cerita karena gigitan ular yang berbisa itu,
maka mama saya koma 31 hari, kemudian dokter berpendapat bahwa bayi dalam
kandungan seorang ibu yang sedang koma sudah meninggal. Tetapi nyatanya Tuhan
berkehendak lain. Seorang dokter Specialis Kandungan memantau perut mamaku
semalam suntuk, walaupun sebelumnya dokter telah memutuskan untuk mengeluarkan
bayi itu dengan berbagai macam cara untuk memacu supaya bayi itu bisa keluar
namun akhirnya diputuskan pagi jam 11.00 akan dioperasi sesar karena dipacu
dengan obat tidak bisa keluar. Dan dokter kandungan yang dari BALI yang belum
percaya kalau bayi itu benar-benar sudah tidak bergerak.Dia ingin memantau,
akhirnya benar...pada saat adzan Subuh, tangan dokter yang diatas perut mamaku
merasakan ada gerakan dari dalam perut ibu...maka gemparlah seluruh dokter
jaga, bayinya masih hidup.Dan akhirnya 3 bulan kemudian pada tanggal 06
Februari 1999, aku dilahirkan anak ke-2 dengan normal.
Ketika
usiaku 2 tahun orangtuaku telah memeriksakanku ke Rumah Sakit Bethesda untuk
TES BERA. Pada saat orangtuaku mengerti keadaan yang sebenarnya
setelah membawa hasil dari RS Bethesda. Orangtua sangat prihatin dan bingung, maka
sementara orangtua belum bisa menemukan jalan keluar dimana aku harus
disekolahkan. Hasil dari tes bera
menunjukkan bahwa pendengaranku yang kanan hanya 35% dan yang kiri hanya 10%.
Itulah sebabnya aku jadi lambat bicara. Pada tahun 2002 saat aku menginjak usia 3
tahun, orangtua saya menyekolahkan saya di TK Pamardisiwi
(sekolah Umum/normal), walaupun aku punya keterbatasan pendengaran. Setelah
umur 6 tahun, aku dipindahkan ke Sekolah Luar Biasa atau disingkat dengan SLB
(Sekolah khusus lambat bicara). Aku bersekolah di SLB B Karnna
Manohara di Jln. Pandean 2, Gang Wulung, Condong Catur, Depok Sleman,
Yogyakarta, alasannya agar aku mendapatkan penanganan sesuai keadaanku.
Walaupun sekolahnya sangat jauh dari rumahku. Seingatku, di saat aku sekolah di Karnna
Manohara, aku belum mengerti dan belum sadar kalau aku punya keterbatasan
pendengaran. Di sekolah Karnna Manohara aku belajar banyak hal, hingga
rasa percaya diriku pun mulai tumbuh. Saat istirahat, aku membaca di perpustakan maupun di
kelas. Mulailah aku bikin hobi baru, membaca. Aku
mulai bisa berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
meski ucapanku kurang jelas. Tiap kali mau berkata-kata, sulit banget
mengutarakannya. Tanpa sadar, aku mulai memakai bahasa isyarat (gerakan
tangan). Tetapi mamaku melarangku kalau aku memakai bahasa
isyarat. Mamaku bilang, “Gak semua orang mengerti bahasa
isyarat”. Mama maksain aku tetap memakai bahasa lisan. Sulitnya minta
ampun, namun aku tetap berusaha.Waktu itu, mamaku sangat telaten mengajari aku
berbicara dengan bahasa lisan, mengenalkan kata-kata yang mudah dan bisa
kuucapkan, setelah mama tahu hasil pemeriksaan TES BERA di RS Bethesda, saat
aku berumur 2 tahun lebih.

Seiring dengan waktu usiaku semakin bertambah, dan aku mulai sadar dengan kekuranganku dan keterbatasanku. Aku melihat aku berbeda diantara orang-orang di sekitar. Aku mulai merasa kesepian dan terkurung dalam duniaku yang sunyi, tanpa suara. Aku ingin sekali seperti anak-anak yang lain yang bisa menikmati suara merdunya alunan musik, bernyanyi dan menari. Dulu aku gak mengerti , kenapa orangtuaku harus menepuk pundak dan berisyarat dengan gerakan tangan saat memanggilku. Aku baru memahami keterbatasan pendengaran yang kualami ketika menginjak usia 7 tahun. Waktu itu aku dikasih alat bantu dengar oleh dokter. Katanya untuk membantu komunikasi. Di situ aku baru mengerti kalau aku punya keterbatasan pendengaran. Aku faham dengan semua yang kualami tidak seperti kebanyakan teman-teman yang lain (normal).
Pada
saat di kelas 2 SD, bu guru wali kelasku, ia yang bernama Bu Wita, dia
memindahkan aku ke kelas 3 SD, karena aku terpintar di kelas 2 SD. Teman-teman
sekelasku di kelas 2 SD yang aku ingat, yaitu : Lintang (laki-laki), Tata,
Alissa, Audrey, Dela, Arya, Tika, Putri, dan Nurul. Mereka tidak mau kalau aku
meloncat ke kelas 3 SD, karena mereka kangen aku. Hehe. Yang penting kalau waktu istirahat bisa
ngobrol bareng. Aku menjadi siswa baru di kelas 3 SD. Saat di kelas 3 SD, aku
merasa malu dan belum terbiasa pada teman-teman di kelas 3 SD.
1 bulan sudah aku terbiasa sama mereka, tetapi mereka selalu menjauhi aku,
namun aku tetap sabar. Akhirnya, mereka meminta maaf kepada aku jika mereka
punya kesalahan. Aku menerima diminta maaf oleh mereka dan tidak mau
membalas dendam. Semua teman-teman sekelasku yang berjumlah 5 orang yaitu :
Aku, Danu, Lintang (perempuan), Saifi, dan Agas. Ya, sedikit karena banyak yang
pindah ke sekolah lain dari sekolah kami dan biaya SPP mahal.
Saat duduk di bangku kelas 5 SD, orangtua sebenarnya ingin memindahkan aku ke sekolah SD Umum di SD Negeri Kintelan 1 Yogyakarta, namun aku menolak. Karena aku merasa belum siap untuk masuk sekolah SD Umum, padahal aku yang paling bisa memahami apapun di SLB-B Karnna Manohara. Orangtuaku bilang “Besok tahun depan kamu tetap kelas 6 lagi lho, sama seperti kakak kelas kamu kalau kelas 6 lagi.”, tetapi aku tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh orangtuaku. Aku memang merasa santai, padahal aku ngeyel, tapi akhirnya, aku menyesal. Sekolah di Karnna Manohara itu memang setiap kelas 6 SD, kelas 3 SMP dan 3 SMA dalam dua tahun. Pada saat di kelas 6 SD aku sendiri seharusnya mengikuti Ujian Nasional karena aku yang paling bisa memahami apapun di kelas, namun teman-teman yang lain sekelasku yang belum siap mengikuti UN. Jadi tahun depan kami tetap kelas 6 lagi karena mereka memang belum bisa memahami apapun, makanya mereka belum siap untuk mengikuti UN. Guru wali kelasku, ia bernama Pak Wawan dan Kepala Sekolah yang bernama Bu Wati meminta tolong aku untuk aku harus menunggu dengan sabar dan berusaha mengajari sama teman-teman sekelasku untuk belajar agar mereka bisa memahami apapun supaya bisa siap untuk mengikuti UN besok tahun depan. Padahal aku sebenarnya sangat kecewa kalau aku tetap kelas 6 lagi. Satu tahun kemudian, kami sudah siap untuk mengikuti UN. Dan setelah lulus, kami tetap bersekolah di SLB B Karnna Manohara tetapi kami naik kelas 7 atau kelas 1 SMP. Karena satu sekolah di Karnna Manohara ada TK, SD, SMP dan SMA/SMK. Pada saat aku mau naik ke kelas 2 SMP setelah ujian kenaikan kelas, hingga orangtuaku memutuskan aku untuk pindah ke sekolah umum, karena menurut penilaian guru-guru di Karnna Manohara akulah yang paling bisa memahami apapun yang disampaikan oleh guru-guru di sana. Orangtuaku minta persetujuan kepada Kepala Sekolah untuk bisa mencoba pindah ke sekolah umum. Aku bersekolah di Karnna Manohara selama 10 tahun, dari tahun 2005 sampai 2014. Sebenarnya aku merasa berat sekali meninggalkan sekolahku, guru-guru yang sangat baik, dan ramah.
![]() |
| Lomba HUT Indonesia Merdeka |
Orangtuaku
akan mendaftarkanku di SMP Negeri 2 Sewon, tetapi awalnya aku ingin mendaftar
di SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta namun dilarang mamaku. Walaupun
sekolahnya dekat dari rumahku. Ketika pertama kali, aku masuk sekolah SMP umum di SMP N
2 Sewon, aku merasa minder dan belum siap untuk masuk sekolah umum. Tak
terasa dimana aku menginjak masa remaja dan mulai mengembangkan kosakata/banyak
sekali tantangan yang harus ku hadapi, aku berhasil melewati dengan segala
keterbatasanku dengan penuh liku-liku.
Semasa
di bangku SMP aku pun pernah diejek oleh teman-teman di sekolah. Namun
aku tetap sabar dan tidak mau membalas dendam. Padahal rasanya ingin marah, aku bertahan. Aku
hanya bisa terdiam dan cuek karena pernah diejek mereka di sekolah. Tetapi,
aku bisa menunjukkan kelebihanku dengan kesukaanku menggambar. Aku
dapat menguasai materi pelajaran dan dapat mengikuti pelajaran sampai aku
berhasil naik ke kelas 9 dengan nilai cukup bagus.Pada kelas 9 teman-teman
semua sudah baik lagi dan sudah tidak seperti dulu lagi masa kelas 8.Saat di
kelas 9, aku harus banyak belajar yang rajin karena aku sudah kelas 9 untuk
mengikuti Ujian Nasional.
Setelah
lulus SMP dan mendapatkan nilai yang cukup memuaskan. Aku ingin melanjutkan ke Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). Awalnya aku akan mendaftar di SMK Negeri 1
Sewon, namun akhirnya, aku mengundurkan diri dari sekolah SMK
tersebut karena terlalu penuh dan banyak peminatnya, apalagi sekolahnya juga
sangat jauh dari rumahku. Padahal aku ingin sekali sekolah di SMK Negeri 1 Sewon. Aku akan mencari
sekolah lagi yang paling terdekat dari rumahku. Akhirnya, menemukan sekolah di
SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta di Jl. Pramuka no. 62 Giwangan. Aku merasa paling memilih SMK tersebut karena
memang Sekolah Menengah Kejuruan tersebut terfavorit. Aku sangat senang sekolah
di sana karena sekolah menengah kejuruan tersebut terkenal bagusnya dalam
prestasi. Di sekolah menengah kejuruan di sana aku diajarkan untuk banyak
berbicara di depan umum. Walaupun aku masih ada minder namun aku berusaha untuk
tetap percaya diri. Sekarang aku
senang punya banyak teman yang baik denganku di sekolah. Di kelas, aku sudah terbiasa mengikuti
pelajaran karena sejak kelas 2 SMP jadi sudah terbiasa.
Jujur yaaa, aku pernah membuktikan bahwa aku punya prestasi di sekolah :
*Dari TK :
-Juara 3 lomba drumband tahun 2003
-Juara 2 lomba menari tahun 2004
-Juara 3 lomba mewarnai acara kemerdekaan 17 Agustus tahun 2004
*Dari kelas 3 SD, juara 3 lomba menggambar acara kemerdekaan 17 Agustus
tahun 2008
*Dari kelas 6 SD, juara 3 lomba melukis tahun 2012
*Dari kelas 6 SD, juara 3 lari marathon 100m tahun 2012
Aku bersyukur bisa ikut lomba yang bisa memacu kepercayaan diriku. Betapa
sulitnya hidupku yang harus tuli tapi semua itu dan hikmahnya yang dapat aku
petik. J














































